Siapa yang anaknya suka membantah jika diberitahu...?

Siapa yang anaknya suka membantah jika diberitahu…?

Siapa yang anaknya suka membantah jika diberitahu...?
Siapa yang anaknya suka membantah jika diberitahu…?

Bagaimana memperlakukan anak yang suka membantah..?

“Dio, mandi sekarang, ya!” Ajak Mami Dio pada putranya yang sedang asyik bermain.

“Nggak mau, ah. Dio mau main sepeda!” Tolaknya. “Dio, ini kan sudah jam lima sore, mandi!”

“Nggak maaaaaauuuu!!” Dio malah kabur dengan sepedanya. Hhh, capek deh kalau ngomong sama Dio. Sering kali ia membantah apa yang dikatakan ayah dan bundanya. Bagaimana ya, supaya Dio mau menurut?

Jawaban Ayah Edy:

Ayah­Bunda yang selalu ingin belajar, pertama, bersyukurlah pada Tuhan karena dianugerahi seorang anak calon pemimpin untuk kita asuh. Dengan ber­ syukur, kita bisa kuat dan punya ke­ sabaran yang lebih tinggi untuk men­ didik calon pemimpin kecil kita itu.

Di balik sifatnya yang tidak mau diatur itu, ia berpotensi  menjadi seorang pengatur alias seorang pemimpin.

Ya, tahukah Bunda, di balik sifatnya yang tidak mau diatur itu, menunjukkan bahwa kelak ia akan tampil sebagai seorang pengatur alias seorang pemimpin.

Kedua, anak membangkang atau membantah pada umumnya karena adanya perbedaan pendapat antara anak dengan orangtua. Orangtua yang memiliki kecenderung otoriter berhadapan dengan anak yang bertipe pemimpin—yang tidak mau begitu saja menerima pendapat  atau mau dipaksa—akan sering terjadi perdebatan yang “seolah-­olah” hanya disebabkan oleh anak.

Padahal sesungguhnya, dengan adanya anak yang membantah, para orangtua bisa mengevaluasi kebijakan dan pola komunikasi yang dibangun; apakah sudah sesuai dengan masing­masing tipe anak sehingga proses perdebatan antara orangtua­anak  dapat dikurangi dan mendapatkan jalan keluar terbaik.

Jadi, akan jauh lebih baik jika kita belajar untuk mendidik calon pemimpin kecil kita di rumah. Bagaimana caranya? Pertama, didik­ lah ia untuk menjadi kooperatif dan bukannya menjadi seorang yang penurut. Mengapa? Coba Anda pikirkan kalau anak kita menjadi penurut, apa pekerjaan di kantor yang diisi oleh seorang penurut?
“Tolong rapikan ini,” “Baik, Pak ….”
“Tolong belikan itu ….” “Baik, Pak ….”
Sudah jelas, kan? Lantas apa bedanya?

Kalau kooperatif, seorang anak mau melakukan apa yang di­minta orangtuanya karena tahu alasan logisnya. Sedangkan penurut, anak melakukan sesuatu tanpa tahu alasannya, ia menurut saja tanpa berpikir dan menggunakan logikanya.

Kedua, biasakan menawarkan opsi­opsi padanya. Misalnya, “Kamu mau mandi sekarang atau lima menit lagi? Oke kita sepakat ya … sepuluh  menit lagi dari sekarang. Jika tiba waktunya kamu belum mandi juga, besok kamu mau uang jajan dikurangi atau tidak boleh bermain sepeda di sore hari?”

Pastikan Ayah­Bunda melaksanakan kesepakatan dengan tegas tanpa kompromi jika memang terjadi pelanggaran secara sengaja.

Ketiga, calon pemimpin suka dengan reward dan conse­ quences. Mereka juga suka dengan perjanjian atau kesepakatan.

Orangtua bisa menerapkan satu kesepakatan dan kalau tidak di­ jalankan dengan baik, berikan konsekuensinya. Biasanya si calon pemimpin juga tergolong konsisten.

Jadi kalau ia melanggar, berikan hukumannya, agar ia tidak melanggar terus.

Dengan menerapkan aturan yang jelas seperti contoh di atas, orangtua tidak akan kewalahan lagi dalam mendidik calon pemimpin kecil kita ini.

Sumber : http://ayahkita.blogspot.co.id/2016/09/siapa-yang-anaknya-suka-membantah-jika.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *